Kamis, 07 Juli 2011

Geothermal Heat Pump Loop System

Geothermal Heat Pump Loop System

Untuk iklim yang berubah-ubah setiap tahun, terjadi variasi temperatur. Untuk iklim didaerah yang memiliki empat musim khususnya untuk pergantian musim panas dan musim dingin system geothermal heat pump ini sangat cocok. Lapisan tanah dapat menjaga konsistensi tingkat temperature yang lebih tinggi sebab mampu menyerap 47% energi panas matahari di permukaan bumi. Sistem geothermal ini mampu menyerap energi bebas ini dengan loop system di dalam bumi. Teknologi ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan kantor atau rumah dengan sistem pemanasan dan pendingin sesuai kebutuhan. Geothermal heat pump merupakan “direct use technologies” dimana panas geothermal secara langsung digunakan sebagai sumber energi. Extrasi sumber panas geothermal pada temperatur rendah (kurang 150 ºC atau 300ºF). Aplikasi kedalaman sumber panas hanya mencapai kedalaman kurang dari 1 km.

Sistem geothermal heat pump dengan loop tertutup ini terdiri dari tiga loops yang beroperasi selama system heat pump dan sesuai kebutuhan, loop tambahan keempat dibutuhkan seperti panas domestik air panas, gambarannya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Loop pemanas. Suatu loop yang digunakan untuk mendistribusikan energi dingin atau panas kedalam ruangan. Sistem perpipaan ini menggunakan blower yang digunakan untuk pergerakan udara melalui sistem distribusi saluran pipa. Pada pemanas dibawah lantai, loop ini menghubungkan dengan kolektor atau rangkaian kolektor untuk mensirkulasikan air panas melalui peralatan yang ada.

2. Loop refrigerant. Loop ini diberi tekanan dan diseal yang mengangkut energi panas dari titik ke titik didalam sirkuit. Aliran refrigerant dipaksa melalui sirkuit oleh kompresor dalam bagian uap loop.

3. Ground loop. Loop diberi seal penahan tekanan air atau antifreeze yang disirkulasikan dibawah permukaan tanah. Kalor yang diserap dari lingkungan di musim dingin dan membuang panas di musim panas. Cairan disirkulasikan melalui pompa dengan konsumsi daya rendah.

4. Domestic Hot Water Loop. Loop dengan seal dan air bertekanan yang bersirkulasi dari silinder domestic hot water ke sirkuit de-superheater heat pump. Air disirkulasikan dalam loop ini dengan pompa sirkulasi daya rendah. Kebanyakan heat pump mempunyai condensing loop yang menyediakan 100% kebutuhan domestic hot water.

a) Siklus Pemanas

Pada siklus pemanas, cairan disirkulasikan melalui loop system yang menyerap panas dari dalam tanah. Energi panas ditransfer ke unit geothermal ini. Unit memampatkan panas yang diserap menjadi temperature tinggi dan mengirim ke dalam ruangan melalui suatu sistem panas radiasi atau sistem saluran pipa normal. Siklus dan unit kerjanya dapat dilihat pada gambar 11.

Pada siklus pemanas terdapat input panas dan output seperti dibawah ini:

Input:

1. Energi panas dari dalam bumi

2. Energi heat pump kompresor

3. Pompa sirkulasi dan energy blower

Output:

1. Ruang yang dipanaskan

2. Domestic Hot Water (DWH)

Proses sirkulasi pada siklus pemanas ini yaitu:

1. Uap Refrigerant di sirkuit yang yang pertama dimampatkan,terjadi kenaikan temperatur dan tekanan. Kenaikan tekanan ini menghasilkan uap melalui sistem pendinginan.

2. Uap panas lanjut refrigerant ini didistribusikan melalui heat exchanger yang akan menaikan temperatur ruangan. Panas yang dipindahkan dari refrigerant di dalam distribusi heat exchanger, uap kondensasikan menjadi cairan. Selama siklus pemanas, distribusi heat exchanger berfungsi sebagai condenser.

3. Cairan yang hangat dari kondenser melalui alat pengukur. Terjadi penurunan tekanan dan menyebabkan penurunan temperatur. Pada temperatur rendah, cairan tekanan rendah ini mengalir melalui evaporator dimana energy panas diradiasikan ke ground loop refrigerant yang diuapkan dan mulai siklus berulang.

4. Pada siklus pemanas terjadi sirkulasi air atau antifreeze solution melalui heat exchanger. Air yang disirkulasikan melalui loop adalah air hangat yang berasal dari sumber bumi temperature yang lebih tinggi. Panas ditransfer dari air kepada refrigerant heat exchanger dalam sumber air heat pump. Selama itu bagian dari siklus air ke refrigerant heat exchanger sebagai evaporator, yang mengubah refrigerant cair menjadi uap.

5. Pada unit de-superheater, gas panas dari discharge kompresor melalui air kedua ke refrigerant heat exchanger pada panas domestic hot water. Dalam hal ini hanya sebagian kecil dari total energi yang tersedia (energy panas dari uap dalam kondisi superheat) dibuang.

Gambar 11. Siklus pemanas ruangan sistem tertutup sumber panas bumi

b) Siklus pendingin

Untuk pendingin, prosesnya hanya kebalikan dari pemanas. Sebab temperature di dalam tanah lebih rendah dibanding temperatur udara luar pada musim panas, system geothermal memindahkan panas dari dalam ruangan dan mensirkulasikan kedalam tanah. Cairan didinginkan oleh temperatur tanah dan kembali ke unit untuk mendinginkan ruangan kembali. Siklus pendingin dan unit kerjanya dapat dilihat pada gambar 11.

Pada siklus pendingin, input panas dan outputnya sebagai berikut:

Input:

1. Ruangan panas

2. Energi heat pump kompresor

3. Sirkulasi pompa dan energy blower

Output:

1. Panas yang dibuang ke dalam bumi

2. Domestic Hot Water (DWH)

Selama operasi pendinginan, gas panas yang meninggalkan kompresor memanaskan lebih dulu hot domestic water, kemudian disirkulasikan melalui heat exchanger yang dibuang kedalam bumi. Ruang pendingin dicapai oleh udara hangat yang melewati uap dingin coil. Tekanan tinggi cairan panas di kondenser dipaksa melalui katup ekspansi yang menghasilkan temperatur rendah dan tekanan rendah. Penguapan dari uap ini adalah mekanisme pendinginan. Komponen dan pengaturan unit ini dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.

Gambar 12. Siklus pendingin ruangan sistem tertutup sumber panas bumi

GEOTHERMAL ENERGY

Pendahuluan

Dalam rangka memasuki era industrialisasi maka kebutuhan energi terus meningkat dan untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan. Salah satu energi altematif tersebut adalah pemanfaatan energi panas bumi yang cukup tersedia di Indonesia. Latar belakang pemanfaatan potensi panas bumi di Indonesia antara lain:

1. Keilmuan

– Kondisi geothermal Indonesia sangat spesifik:

q Banyak terdapat gunung api (ring of fire areas). Lihat gambar 1.

q Garis pesisir 81.000 km, tebalnya tanah pelapukan

q Tingginya curah hujan

2. Terapan

– Kebutuhan energi bagi masyarakat

– Pemahaman pembentukan sistem panasbumi

Gambar 1. Ring of fire

Panas bumi sebagai salah satu energi terbarukan dan lebih bersih lingkungan yang mempunyai 40 % potensi cadangan dunia, hal ini setara 11 millyar barrel minyak. Pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik baru memberikan kontribusi sebesar 3 % atau 807 MW dari total konsumsi listrik nasional. Sejak 2002 Indonesia sudah menjadi negara pengimport BBM dan 2010 produksinya sekitar 960.000 bopd (barrel of oil per day) dengan kebutuhan domestik 1.400.000 -1.500.000 bopd.

Untuk mengatasi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat ini, usaha diversifikasi energi mutlak harus dilaksanakan. Salah satu usaha diversifikasi energi ini adalah dengan memikirkan pemanfaatan energi panas bumi sebagai penyedia kebutuhan energi listrik tersebut. Dasar pemikiran ini adalah mengingat cukup tersedianya cadangan energi panas bumi di Indonesia, namun pemanfaatannya masih sangat sedikit yaitu dengan total produksi 1142 MWe di tahun 2009 seperti gambar 2. Indonesia sebagai negara vulkanik mempunyai target sekitar 930 MWe pada table 1 untuk pengembangan pembangkit energi panas bumi.

Tabel 1. Target pengembangan pembangkit energy panas bumi

(Source: MEMR Indonesia, 2009)

Gambar 2. Aktivitas Terkini dan Pengembangan Energi Geothermal

Bila energi panas bumi yang cukup tersedia di Indonesia dapat dimanfaatkan secara optimal, kiranya kebutuhan energi listrik yang terus meningkat akan dapat dipenuhi bersama-sama dengan sumber energi lainnya. Pengalaman dalam memanfaatkan energi panas bumi sebagai penyedia energi listrik seperti yang telah dilaksanakan di Jawa Tengah dan Jawa Barat akan sangat membantu dalam pengembangan energi panas bumi lebih lanjut.

Kendala dan Keuntungan Pengembangan Energi Geothermal

Dalam perkembangannya pemanfaatan energy geothermal mengalami berbagai kendala antara lain:

1. PP 26/2008, Kawasan hutan dengan ketinggian diatas 2000 m atau kemiringan lebih besar 40 % merupakan kawasan lindung nasional

2. Subsidi BBM menyebabkan harga geothermal tidak ekonomis;

3. Persaingan dengan batubara dan gas di Jawa - Sumatra;

4. Fasilitas listrik yang minimal di daerah pengembangan geothermal

5. Kualitas dan jumlah sumberdaya manusia harus segera ditingkatkan

Keuntungan pengembangan energi geothermal diantaranya:

1. Bersih, aman dan sedikit lahan yang dipergunakan

  1. Dapat diperbaharui dan berkelanjutan
  2. Menghasilkan base load power yang dapat diandalkan
  3. Menghemat BBM dan menyumbang diversikasi sumberdaya energi
  4. Menghindarkan import dan memberi keuntungan terhadap ekonomi lokal
  5. Menawarkan pembangunan dan pelistrikan modular di daerah terpencil.

Sejarah Eksplorasi Geotermal

Sejarah perkembangan eksplorasi goetermal di Indonesia antara lain:

1. Survey tinjau sejak tahun 1960 lebih dari 200 Prospek Geotermal;

2. Pada pertengahan tahun 1980 terdapat 70 prospek sistem geothermal dengan temperatur tinggi (berdasarkan data geokimia yang berasal dari manifestasi larutan air panas);

3. Pada tahun 1970-1995 terdapat 40 daerah geotermal dengan data detil menghasilkan 15 reservoar temperatur tinggi yang produktif;

4. Perkembangan Geotermal menurun akibat krisis keuangan pada tahun 1997-1998;

5. Sampai tahun 2010 ada 7 lapangan Geotermal sekitar 1142 Mwe

Institusi yang terlibat dalam pengembangan geotermal di Indonesia dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahun 1918 di Kamojang oleh Belanda dengan Volcanological Section (VSI)

2. Tahun 1970-1972 di Dieng dengan USAID program sebagai mitra USGS, VSI, ITB, PLN

3. Tahun 1974 oleh Pertamina dengan BEICIP melaksanakaan studi untuk menentukan lokasi bor dalam

4. Tahun 1971 oleh GENZL dimana NZ consultant group memilih prospek menggunakan data VSI untuk daerah Jawa-Bali.

5. Tahun 1974 di Kamojang and Drajat terpilih untuk dilakukan eksplorasi bor dalam.

6. Tahun 1975 oleh WJEC di G. Salak. Eksplorasi bor dalam pada tahun 1980 oleh pertamina.

7. Tahun 1972-1979 di Semurup-Muarolabuh-Lempur area, Sumatra tengah, diketahui oleh studi VSI and JICA pada akhir 1970.

Dasar Teori

Panas bumi adalah anugerah alam yang merupakan sisa-sisa panas dari hasil reaksi nuklir yang pernah terjadi pada awal mula terbentuknya bumi dan alam semesta ini. Reaksi nuklir yang masih terjadi secara alamiah di alam semesta pada saat ini adalah reaksi fusi nuklir yang terjadi di matahari dan juga di bintang-bintang yang tersebar di jagat raya. Reaksi fusi nuklir alami tersebut menghasilkan panas berorde jutaan derajat Celcius. Permukaan bumi pada mulanya juga memiliki panas yang sangat dahsyat, namun dengan berjalannya waktu (dalam orde milyard tahun) suhu permukaan bumi mulai menurun dan akhirnya tinggal perut bumi saja yang masih panas berupa magma dan inilah yang menjadi sumber energi panas bumi. Sehingga energi panas bumi merupakan energi yang diekstraksi dari panas yang tersimpan di dalam bumi yang berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan dan juga berasal dari panas matahari yang diserap oleh permukaan bumi. Proses pembentukan reservoir dari geothermal secara natural pada kedalaman 2-3 km dengan temperature 200-300oC dapat dilihat pada gambar.

Gambar 2. Proses terbentuknya reservoir dari panas bumi

Energi panas bumi digunakan manusia sejak sekitar 2000 tahun SM berupa sumber air panas untuk pengobatan yang sampai saat ini juga masih banyak dilakukan orang, terutama sumber air panas yang banyak mengandung garam dan belerang. Sedangkan energi panas bumi digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik baru dimulai di Italia pada tahun 1904 sebagai demonstrasi pertama seperti gambar. Muncul energi uap turbin menghasilkan listrik untuk 5 bola lampu. Sejak itu energi panas bumi mulai dipikirkan secara komersial untuk pembangkit tenaga listrik dengan adanya pembangkit geothermal pertama didunia pada tahun 1911 di Tuscany, Italia. Dimana pada tahun 1913 pembangkit listrik geothermal dengan kapasitas 250 kW ini digunakan untuk jaringan kereta api italia.

larderello-first-geothermal-electricity

Gambar Demonstrasi pertama pembangkit panas bumi di Italia tahun 1904

Energi panas bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang diberikan oleh alam seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air. Energi primer ini di Indonesia tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas) dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia. Sebagai gambaran sedikitnya atau terbatasnya energi tersebut adalah berdasarkan data pada Tabel 1)

Tabel 1 Cadangan energi primer dunia.

cadangan Minyak Bumi

Indonesia 1,1 %

Timur Tengah 70 %

Cadangan Gas Bumi

Indonesia 1-2 %

Rusia 25 %

Cadangan Batubara

Indonesia 3,1 %

Amaerika Utara 25 %

Sedangkan cadangan energi panas bumi di Indonesia relatif lebih besar bila dibandingkan dengan cadangan energi primer lainnya, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal. Selain dari pada itu panas bumi adalah termasuk juga energi yang terbarukan, yaitu energi non fosil yang bila dikelola dengan baik maka sumberdayanya relatif tidak akan habis, jadi amat sangat menguntungkan jika digunakan sebagai pembangkit listrik. Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat area perbatasan lapisan tektonik.

Pengertian PLTPB

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik (Power generator) yang menggunakan Panas bumi (Geothermal) sebagai energi penggeraknya. Prinsip Kerjanya yaitu dimana air panas yang berasal dari sumur akan disalurkan ke separator, oleh separator air dengan uap dipisahkan, kemudian uap akan digunakan untuk menggerakkan turbin.

Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:

1. Energi panas bumi “uap kering” (Dry Steam Plant)

Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik. Skema pembangkitan tenaga listrik atas dasar pemanfaatan energi panas bumi "uap kering" dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pembangkitan tenaga listrik dari energi panas bumi "uap kering".

2. Energi panas bumi "uap basah"(Flash Steam Plant)

Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk menggerakkan turbin.

Gambar 2. Pembangkitan tenaga listrik dari energi panas bumi "uap basah".

Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah. Skema pembangkitan tenaga listrik atas dasar pemanfaatan energi panas bumi "uap basah" dapat dilihat pada Gambar 2.

3. Energi panas bumi "air panas" (Binary Cycle Plant)

Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut "brine" dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas bumi jenis ini, digunakan sistem binary/biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.

Energi panas bumi "uap panas" bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan energi panas bumi jenis lainnya. Skema pembangkitan tenaga listrik panas bumi "air panas" sistem biner dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Skema pembangkitan tenaga listrik energi panas bumi "air panas"

4. Energi panas bumi "batuan panas" (Hot Dry Rock)

Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya cukup tinggi. Skema pembangkitan tenaga listrik energi panas bumi "batuan panas" dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Skema pembangkitan tenaga listrik energi panas bumi "batuan panas"

Enhanced Geothermal System (EGS):

Enhanced Geothermal System (EGS) adalah sistem geothermal yang menggunakan teknologi lanjut yang mengekstraksi energi panas dari bawah tanah dalam area yang memiliki heat flow lebih tinggi tetapi permeabilitas natural atau kadar fluidanya terbatas pada kedalaman sekitar 3 sampai 10 km. EGS menjangkau spektrum sumber daya panas bumi dari permeabilitas hydrothermal rendah sampai hot dry rock (HDR). Seperti pada gambar.

Gambar Enhanced Geothermal System (EGS)

Geothermal Heat Pump

Kebutuhan Energi di Indonesia

Sudah dikemukakan bahwa keberhasilan pembangunan terlebih lagi dalam rangka menggerakkan perindustrian di Indonesia, maka kebutuhan energi akan terus meningkat dengan pesat. Masalah kebutuhan energi dan usaha untuk mencukupinya merupakan masalah serius yang harus dipikirkan, agar energi primer khususnya energi fosil yang ada tidak terkuras habis hanya "sekedar dibakar "untuk menghasilkan tenaga listrik. Padahal sumber daya alam energi fosil merupakan sumber kekayaan yang sangat berharga bila digunakan sebagai bahan dasar industri petrokimia. Dalam bidang industri petrokimia ini Indonesia sudah cukup berpengalaman mulai dari mendesain, membangunnya sampai dengan mengoperasikannya, sehingga pemanfaatan bahan bakar fosil melalui industri petrokimia jelas akan mendatangkan devisa yang sangat besar.. Atas dasar pemikiran ini maka sebaiknya sumber daya alam energi fosil difokuskan untuk industri petrokimia, sedangkan kebutuhan energi dipikirkan dari sumber energi primer lainnya misalnya energi panas bumi.

Sebagai gambaran kebutuhan atau konsumsi energi di Indonesia berdasarkan sektor kebutuhan untuk industri, transportasi dan rumah tangga pada Pelita Vl adalah seperti yang tampak pada grafik 1.

enfik151

Grafik 1.

Berdasarkan data yang telah diolah pada Grafik 1 tersebut di atas, tampak bahwa kebutuhan energi meningkat dari 284,3 juta SBM pada akhir Pelita V menjadi 504,5 SBM pada akhir Pelita VI. Dalam pengamatan tampak juga bahwa konsumsi energi sektor industri meningkat lebih cepat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Hal ini terlihat dari pangsa konsumsi energi sektor industri meningkat dari 38,0 % pada akhir Pelita V menjadi 48,6 % pada akhir Pelita Vl.

Penyediaan Energi di Indonesia

Mengingat akan banyaknya kebutuhan energi yang diperlukan untuk menggerakkan pembangunan khususnya dalam bidang industri seperti telah ditampilkan pada Grafik l di atas, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana mengenai penyediaan energi untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Mengenai penyediaan energi tersebut usaha diversifikasi telah dilakukan agar kebutuhan energi tidak semata-mata tergantung pada minyak bumi saja. Untuk itu dapat dilihat penyediaan energi primer berdasarkan jenis energi yang ada di Indonesia seperti tampak pada grafik 2.

enfik152

Grafik 2.

Bila dikaji dari data yang telah diolah melalui Grafik 2 tersebut di atas, tampak bahwa usaha diversifikasi energi primer telah berhasil menurunkan pangsa pemakaian minyak bumi dalam usaha memenuhi kebutuhan energi dari 63,7 % pada akhir Pelita V menjadi 52,3 % pada akhir Pelita Vl. Sedangkan pangsa pemakaian batubara mengalami kenaikan dari 8,2 % pada akhir Pelita V menjadi 17,5 % pada tahun 1998/99 ini.

Selain dari pada itu, bila dikaji lebih cermat ternyata pemakaian energi panas bumi yang selama ini sering terabaikan, temyata sudah mulai diperhatikan sebagai usaha mencukupi kebutuhan energi di Indonesia. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa pada tahun 1994/95 (akhir Pelita V) pangsa energi panas bumi hampir tak berarti hanya sekitar 0,6 % saja dari seluruh pemenuhan kelzutuhan energi, akan tetapi pada tahun 1998/99 pangsa energi panas bumi telah naik hampir 3 kali lipat menjadi 1,7 %. Keadaan ini sudah barang tentu sangat memberikan harapan bagi pengembangan energi panas bumi pada masa mendatang.

Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai prospek energi panas bumi di Indonesia, ada baiknya kalau melihat pemanfaatan energi panas bumi di negara lain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan energinya. Berdasarkan beberapa acuan dapat dilihat pemanfaatan energi panas bumi di beberapa negara seperti tampak pada Tabel 2.

Tabel 2 Pemanfaatan dan perkembangan energi panas bumi di berbagai negara

Negara

1976 (MW)

1980 (MW)

1985 (MW)

2000 (MW)

Amerika Serikat
Italia
Filipina
Jepang
Selandai Baru
Meksiko
Islandia
Rusia
Turki
China
Indonesia
Argentina
Kanada
Spanyol

522
421
-
68
192
78,5
2,5
3
0,5
1
-
-
-
-

908
455
443
218
203
218
64
5,7
0,5
3
2,3
-
-
-

3.500
800
1.726
6.900
282
1.000
150
-
400
50
32,3
20
10
25

30.000
-
4.000
48.000
352
10.000
500
-
1.000
200
3.500
-
-
200

Jumlah

1.288,5

2.520,5

14.895,3

97.752

Apabila dilihat dari Tabel 2 tersebut di atas, tampak bahwa pemenuhan kebutuhan energi listrik pada beberapa negara melalui pemanfaatan energi panas bumi terus meningkat. Angka-angka untuk berbagai negara pada tahun 2000 masih merupakan perkiraan yang masih terus dikaji ulang.

Indonesia sebagai negeri vulkanik memiliki 217 tempat yang diperkirakan potensial sebagai sumber energi panas bumi. Berdasarkan perkiraan data tahun 1997 potensi energi panas bumi di Indonesia adalah sebagai yang tertera pada Tabel 3.

Tabel 3 Potensi energi panas bumi di Indonesia

Daerah sumber energi panas bumi

Potensi energi panas bumi (MW)

Sumatera
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Irian Jaya

9.562

5.331

1.300

200

100

165

Jumlah Kesuluruhannya

16.658

Apabila dilihat dari Tabel 2 tampak bahwa pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia pada tahun 1985 baru 32,3 MW, sedangkan menurut data terakhir sampai dengan tahun 1997 energi panas bumi yang sudah dimanfaatkan mencapai 305 MW. Dalam waktu sekitar 10 tahun telah terjadi kenaikan kurang lebih 10 kali, suatu kenaikan yang cukup optimis dalam hal pemanfaatan energi panas bumi. Padahal pemanfaatan yang mencapai 305 MW pada tahun 1997 tersebut baru 1,83 % dari potensi energi panas bumi yang ada.

Pangsa pemanfaatan energi panas bumi 1,83 % dari total potensi yang tersedia sudah barang tentu masih sangat kecil. Oleh karena itu kemungkinan untuk menaikkan pangsa pemanfaatan energi panas bumi masih sangat terbuka lebar, dengan kata lain bahwa prospek pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia masih sangat menguntungkan bagi para penanam modal yang akan bergerak dalam bidang energi panas bumi. Hal ini terbukti dengan akan dibangunnya lagi 4 unit berkekuatan 55 MW di Gunung Salak Jawa Barat, suatu proyek patungan antara Pertamina dan PT Unocoal Geotherrnal Indonesia. Proyek-proyek berikutnya sudah barang akan segera disusul oleh penanam modal lainnya, mengingat bahwa kebutuhan energi di Indonesia yang terus meningkat.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa prospek pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia cukup menjanjikan. Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber penyedia tenaga listrik adalah termasuk teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, suatu hal yang dewasa ini sangat diperhatikan dalam setiap pembangunan dan pemanfaatan teknologi, agar alam masih dapat memberikan daya dukungnya bagi kehidupan umat manusia. Bila pemanfaatan energi panas bumi dapat berkembang dengan baik, maka kota-kota di sekitar daerah sumber energi panas bumi yang pada umumnya terletak di daerah pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi dari pusat listrik tenaga panas bumi. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga ikut mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga uap, baik yang dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel yang keduanya menimbulkan pencemaran udara.

Daftar Pustaka

- Prof. Ir. Abdul Kadir, "ENERGI" Penerbit UI, Jakarta.

- Ir. Endro Utomo Notodisuryo, "VISI ENERGI DALAM PJP II", UGM, Yogyakarta 1997.

- http://www.elektroindonesia.com